banner 728x250

SMA Muhammadiyah Toboali Gelar Seminar ‘Stop Bullying’ untuk Cegah Praktik Perundungan

BE,TOBOALI- SMA Muhammadiyah Toboali, Bangka Selatan, mengadakan seminar ‘Stop Bullying’ dengan tujuan pencegahan perundungan di lingkungan sekolah. Acara yang berlangsung di gedung laboratorium seni budaya sekolah ini dihadiri oleh lebih dari 500 siswa.

Seminar ini dibuka oleh Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bangka Selatan, Ponco Hardiyato. Dalam berbagai hal, Ponco Hardiyato mengajak para peserta didik untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka dengan tetap menghormati diri sendiri dan orang lain.

“Tujuan utama seminar ini adalah agar siswa memahami apa perundungan itu, tindakan-tindakan apa saja yang termasuk dalam kategori tersebut, dan konsekuensinya. Dengan pemahaman ini, diharapkan perundungan dapat dicegah di lingkungan sekolah,” ucap Ponco.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah Toboali, Supiandi, berharap bahwa melalui seminar ini, mereka dapat menciptakan sekolah yang bebas dari perundungan. Hal ini akan mendukung proses pembelajaran yang baik dan menciptakan sekolah dengan paradigma baru yang menyenangkan.

“Seminar semacam ini diadakan secara rutin sebagai bagian dari program sekolah penggerak, dengan tujuan menghindari aksi perundungan di SMA Muhammadiyah Toboali,” tegas Supiandi, Jumat (15/09/2923).

Narasumber dalam seminar ini adalah Psikolog RS Siloam Babel, Lia Hervika, dan Dosen Psikologi IAIN Sas Babel, Wahyu Kurniawan. Mereka membahas cara menangani perundungan dengan meningkatkan pertemanan yang sehat.

Perundungan dijelaskan sebagai perilaku kekerasan yang sengaja dan berulang-ulang terhadap orang lain, menyebabkan korban merasa sakit, tidak berdaya, dan sulit untuk melawan atau menghindari. Bentuk perundungan meliputi kontak fisik langsung, kontak verbal langsung, perilaku non-verbal langsung, seperti ledekan, serta perilaku non-verbal tidak langsung, seperti fitnah dan mengungkapkan melalui teknologi (Cyber-Bullying).

Seminar ini menjadi langkah positif dalam menciptakan kesadaran dan mengatasi perundungan di sekolah, dan diharapkan dapat membantu menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan inklusif bagi semua siswa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *