banner 728x250

Aparat Dikangkangi Penambang, 15 Tunggau Tetap Beroperasi di Pantai Sanfur

BE,BANGKA TENGAH -Suara mesin menderu-deru saling bersahutan tak jauh dari bibir pantai Sanfur Desa Kebintik Kecamatan Pangkalan Baru Kabupaten Bangka Tengah, Selasa malam (13/6/2024).

Bising suara dari mesin Robin 16 PK seperti helikopter Polda Babel mau lepas landas. Sesekali terdengar teriakan pekerja tambang memecah dinginnya malam di pantai Sanfur. Tak jauh dari bibir pantai berdiri sebuah pos yang dijaga oleh warga.

Patut disayangkan, keberanian penambang tetap berkerja malam hari seolah menantang ketegaskan aparat penegak hukum. Apakah polisi harus menunggu laporan dari masyarakat nelayan baru mau bergerak.

“Sudah lah bang, payah ngomong. Buktinya masih saja penambang berani berkerja malam hari meski jumlah armada tunggau dari 40 jadi 15 unit,” kata sumber terpercaya media ini di lokasi, Selasa malam (18/6/2024).

Menurut sumber, selain timahnya dibeli kolektor Ak, ada peran besar oknum anggota TNI, hingga tambang ilegal di alur muara nelayan Sanfur tetap berani buka.

“Siapa saja yang mau masuk menambang harus bayar Rp400 ribu per ponton. Yang tukang daftar ponton mau kerja dan terima duitnya Ys. Lalu Ys serahkan ke Ak. Kemudian Ak dengan oknum Intel inisial J,” tegas sumber meminta namamya sangat dirahasiakan.

Informasi dihimpun bangkaindependent.com, kolektor Ak sendiri pasca diberitakan tak berani lagi muncul atau hanya main di belakang layar. Ak sendiri diketahui memiliki 4 ponton tapi tak berani berkerja.

Sementara itu, Kasat Polair Polresta Pangkalpinang, Kompol Kardinata belum menjawab konfirmasi media ini.

Dilansir berita sebelumnya, aktifitas tambang ilegal di alur muara Sanfur sudah berlangsung selama 4 hari. Mereka (penambang) mulai start kerja lepas Isya sampai menjelang pagi.

” Sudah 4 malam mereka berkerja nambang di dekat alur muara Sanfur. Tak ada yang menghalangi karena lumayan besar dekingan mereka,” kata salah seorang warga ditemui di lokasi, Senin sore (16/8/2024).

Menurut warga disana, kalau polisi tidak berani atau tak perduli pasti ada dekingan dari “aparat samping”.

” Abang paham la kalau terkesan dibiarkan polisi, ada aparat samping lainnya yang punya pesta. Kesannya mereka saling menjaga jangan sampai bentrok. Bahkan jika ponton ingin masuk harus bayar 400 ribu/ponton,” bebernya.

Sementara itu, warga lainnya yang kebetulan baru datang dari laut memperingatkan agar alur keluar nasuk nelayan jangan sampai terganggu.

” Dak kawa ribut kami. Mereka penambang cari rejeki, kami nelayan cari rejeki juga. Jangan sampai bentrok antara nelayan dan penambang. Apalagi nelayan susah masuk karena air sedang surut ditambah banyak ponton yang lewat,” kata nelayan enggan menyebutkan namanya.

Usut demi usut, pembeli atau kolektir timah di Sanfur adalah Ak.

“Semalam kerja 36 tunggau, pendapatan beli timah sekitar 2 ton. Cara penimbangan di pantai pagi-pagi jam 4 sampai jam 5 subuh dari pantai ke rumah Ak. Sedangkan sistem pembayaran di rumah Ak. Setelah selesai baru timah
nya diangkut atau dipindahkan ke rumah karena Ak tak punya gudang,” jelas sumber terpercaya media ini.

Di lain pihak, Ak sempat mengirim pesan Whatsapp. Ak mempertanyakan mau konfirmasi masalah yang di Sanfur. Karena ada nama ku dibawa bawa kesitu.

Tolong dicek dulu kebenarannya di lapangan bro. Jangan asal bikin berita

Demikian juga Kasubdit Gakkum Ditpolair Polda Babel, AKBP Todoan Gultom sudah dikonfirmasi belum menjawab pertanyaan media ini.

AKBP Gultom agaknya trauma dengan penulis pasca konfirmasi penyelundupan timah di pantai Mentingi Bangka Barat.

Padahal kegaduhan yang bersifat kritik, pengawasan, pembenaran atas langkah yang melenceng ialah kegaduhan yang perlu. Kritik itu perlu. Apalagi bukan perkara mudah mengkritisi aparat penegak hukum . Karena mengkritik sebenarnya hendak memperbaiki, bukan menjatuhkan institusi apalagi membunuh karakter seseorang. Mengkritik bukan berarti tidak bersahabat. Karena sahabat yang baik adalah menjaga dan mencegah agar sahabatnya jangan terjerumus masuk jurang.

Meskipun kritikan dilakukan agak keras tetapi kritik dilakukan secara elegan untuk memperkuat kinerja kepolisian. (Doni)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *